Pengalaman Pertama Menaklukkan Tingginya Gunung Lawu
Malam itu tak ada persiapan apa-apa, semuanya mengalir begitu saja. Awalnya tak ada niatan untuk ikut mendaki gunung, namun dalam hati juga penasaran, seperti apa rasanya berada di ketinggian ribuan meter?. saya putuskan untuk ikut dengan beberapa teman saya yang sudah berencana untuk mendaki gunung. Tempat tinggalku tidak terlalu jauh dengan gunung yang berada diantara Jawa Timur dan Jawa Tengah yaitu Gunung Lawu. Keesokan harinya saya putuskan untuk ikut dengan temanku, saya berangkat sekitar pukul 07.00 WIB dari rumah menuju pusat kota Ngawi, kami sudah sepakat untuk berkumpul disana. Saat itu memang tak banyak persiapan, bisa dibilang hanya bermodalkan nekat, apalagi ini adalah pengalaman pertamsaya. Sepertinya kami memang memilih hari yang tidak tepat, karena hari itu adalah Jum'at. Setelah sampai di pusat kota dan menunggu beberapa jam akhirnya kami semua berkumpul untuk bersiap melanjutkan perjalanan ke jalur pendakian Cemoro Sewu. Kami berangkat pukul 10.00 WIB, perjalanan dari kota Ngawi menuju Cemoro Sewu memakan waktu sekitar 2 jam.
Tugu di Puncak Gunung Lawu |
Setelah sampai disana tak lupa untuk menunaikan ibadah sholat jum'at terlebih dahulu, setelah itu istirahat sebentar dan makan. Saat istirahat saya membayangkan bagaimana nanti di puncak sana? pasti dingin sekali, akhirnya saya putuskan utuk membeli sarung tangan seharga 15 ribu, setidaknya bisa untuk menghangatkan telapak tangan. Harga tiket masuk cukup terjangkau yaitu sebesar 10 ribu, setelah selasai makan dan persiapan untuk mendaki gunung juga tak lupa memanjatkan doa kepada Sang Pencipta agar selalu diberi perlindungan dan keselamatan sehingga nanti bisa puleng ke rumah dengan selamat.
Tujuan dalam mendaki gunung bukanlah bagaimana kita bisa mencapai puncaknya, tapi bagaiman kita bisa pulang dengan selamat dan bertemu keluarga. Percuma bila bisa mendaki sampai puncak tapi tidak bisa pulang.
Langkah demi langkah kami lewati, perlahan-lahan jalanan semakin menanjak dan terjal kami sepat beberapa kali istirahat untuk sekedar mengambil nafas. Setiap kali sampai di pos kami sempatkan untuk istirahat sejenak, perjalanan terus berlanjut dan waktu juga terus berjalan kami harus bergegas sampai atas sebelum matahari terbenam. Pemandangan sekitar yang awalnya semak-semak berganti dengan pohon yang semakin lebat dan tinggi. Awan putih juga menambah indahnya pemanjangan di sepanjang perjalanan. Namun sekitar jam 18.30 WIB kami baru sampai di pos 4 (saya agak lupa), jalannya semakin terjal dan ekstrim. Tapi rasa lelah tersebut terbayar ketika sampai di pos 4, kebetulan cuaca saat itu sangat cerah sehingga kami bisa melihat indahnya gemerlap lampu dari atas, selain itu bintang juga menghiasi langit, entah apa kata yang tepat untuk menggambarkan itu semua. Kami beristirahat cukup lama untuk menikmati dua pemandangan tersebut, karena lokasinya di pinggir bebatuan jadi kami bisa melihatnya dengan jelas. Entah wilayah mana yag saya lihat waktu itu, mungkin kota magetan dan sekitarya.
Kami tidak bisa berhenti lama karena semakin larut malam dan harus sampai diatas agar dengan cepat, karena udaranya semakin lama semakin dingin. Sesampainya di pos 5 kami sempatkan untuk meghangatkan tubuh dengan segelah jahe hangat. Namun salah satu teman saya harus tinggal di pos 4 karena badannya kedinginan dan tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan, akhirnya kami berpecah menjadi 2 kelompok, kelompok pertama tetap tinggal sedangkan kelompok kedua melanjutkan perjalanan ke Warung Mbok Yem. Saat melanjutkan perjalanan kami sempat tersesat karena berjalan ke arah kiri dan harus kembali lagi, seharusnya kami mengambil jalur kanan. Rasanya ingin cepat-cepat sampai karena badan semakin meggigil kedinginan, tebalnya jaket dan darung tangan tidak mampu menahan dinginnya malam. Setelah menempuh perjalanan sekitar 10 jam akhirnya sampai juga.
Waurung Mbok Yem |
Sesampinya di Warung Mbok Yem kami langsung beristirahat untuk mengisi tenaga agar besok bisa kuat untuk melihat apa yang ada di depan mata. Tidur tak bisa nyenyak karena terusik dengan dinginnya malam, namun lama kelamaan akhirnya tertidur karena kelelahan. Waktu bangun, diluar masih sedikit gelap namun sang mentari perlahan lahan mulai menampakkan cahayanya, saya bersiap untuk melihat indahnya metahari terbit. Ini adalah pengalaman pertama melihat matahari terbit alias sunrise dari ketinggian ribuan kaki, dan akhirnya sang mentari menunjukkan sinarnya. Sungguh indah pemandangan yang ada di depan mata, rasanya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, namun sayang tidak sempat untuk mengabadikannya, mungkin karena terlalu takjub.
Puncak Gunung Lawu |
Setelah langit mulai cerah akhirnya kami langsung meuju puncaknya yaitu Hargo Dumilah di ketinggian 3265 meter diatas permukaan laut. Rasanya hati senang sekali, karena ini pengalaman pertama kali dalam hidup saya. Diatas kami cukup lama dan beberapa kali mengambil gambar untuk dijadikan kenang-kenangan dan bukti bahwa saya pernah mendaki Gunung Lawu. Namun sayang kami tidak bertemu dengan kelompok kami yang satunya, saya kira mereka tidak naik kepuncak dan langsung turun. Setelah beberapa jam diatas akhirnya kami putuskan untuk turun ke Warung Mbok Yem untuk mengambil barang dan melanjutkan perjalan turun. Sesampinya di tengah perjalanan kami akhirnya bertemu dengan kelompok kami yang semalam sempat berpisah, tenyata mereka sudah turun duluan. Mereka juga sempat naik ke puncak namun lebih pagi sehingga tidak bertemu dengan rombongan kami.
Di pos 2 kami smpat istirahat cukup lama dan megisi perut yang kosong, mie instan cukup untuk mengganjal lapar di perut dan menunggu teman kami 2 orang yang masih diatas yang terpaksa dijemput karena sudah tidak kuat untuk turun. Perjalanan turun memang terasa lebih berat daripada naik, bahkan saya sempat beberapa kali berlari agar cepat sampai tujuan karena sudah tidak tahan menahan rasa pegal di kaki. Setelah itu kamin lanjutkan untuk turun dan pulang, saya sampai di rumah sekitar jam 18.00 WIB. Perjalanan yang sangat melelahkan dan juga penuh tantangan, namun sangat mengesankan. Semua rasa lelah dan pegal di badan akhirnya terbayarkan dengan keindahan alam yang sangat menakjubkan. Hanya rasa syukur yang bisa kami panjatkan kepada sang pencipta karena dengan kehendaknya kami bisa melihat ciptaannya yang luar biasa.
Sampai dirumah saya langsung bergegas mandi dan makan untuk mengisi perut yang kembali keroncongan, rasanya badan lelah, letih dan pegal-pegal di seluruh badan. Karena terlalu capek akhirnya saya tidur dengan nyenyak, namun ketika bangun dari tidur, rasanya badan tidak bisa bergerak kaki sakit untuk digerakkan, disinilah efek dari mendaki berjam-jam baru terasa. Kaki saya saat itu sakit saat digerakkan untuk berjalan, jadi terpaksa berjalan dengan terpincang-pincang. Efeknya bertahan cukup lama, sekitar 3 hari kaki baru sembuh dari sakit. Namun jika mengingat puncak gunung rasanya ingin kembali mendaki, semoga gunung yang lain bisa segera saya daki.
Pengalaman Pertama Menaklukkan Tingginya Gunung Lawu
Reviewed by Alex
on
3/23/2016
Rating:
Kren templatenya gan.. Share donk
BalasHapusdownload saja mas di Sora Template
Hapus